1. Implementasi Kurikulum Merdeka Semakin Meluas
Pada tahun 2024, implementasi Kurikulum Merdeka telah menjangkau sebagian besar sekolah di wilayah perkotaan dan pedesaan. Kurikulum ini memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. Selain itu, integrasi teknologi semakin ditekankan, terutama sejak pandemi COVID-19 yang mempercepat transformasi digital dalam pendidikan. Namun, distribusi fasilitas dan kualitas pendidikan masih belum merata. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), hanya 60% sekolah di Indonesia yang memiliki akses internet yang memadai pada tahun 2023, sedangkan sisanya masih bergantung pada metode pembelajaran tradisional. link spaceman88
2. Peningkatan Jumlah Sekolah di Berbagai Jenjang
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya peningkatan jumlah sekolah di berbagai jenjang pendidikan pada tahun 2024. Jenjang pendidikan PAUD mengalami penambahan sebanyak 967 sekolah, diikuti oleh jenjang SMP dengan penambahan 407 sekolah, PKBM & SKB sebanyak 336 sekolah, SMA sebanyak 163 sekolah, SD sebanyak 130 sekolah, SLB sebanyak 33 sekolah, dan SMK sebanyak 26 sekolah. Peningkatan jumlah sekolah ini menunjukkan adanya upaya pemerataan akses pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.
3. Penerapan Pembelajaran Mendalam dan Mata Pelajaran Pilihan
Kemendikbudristek menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) dalam kurikulum nasional. Selain itu, ditambahkan mata pelajaran pilihan seperti Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan teknologi di masa depan. Mata pelajaran ini dapat disediakan oleh satuan pendidikan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan dapat dipilih oleh peserta didik sesuai minat.
4. Pembangunan Infrastruktur Pendidikan di Daerah Terpencil
Pemerintah terus mendorong pembangunan dan renovasi sekolah di wilayah pelosok untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Akses ke laboratorium, jaringan internet, perangkat TIK, dan perpustakaan menjadi prioritas utama. Selain meningkatkan kenyamanan belajar, pembangunan infrastruktur yang memadai juga menjadi aspek penting dalam penilaian kualitas pendidikan oleh lembaga internasional.
5. Tantangan dalam Akses, Inklusivitas, dan Kesetaraan Pendidikan
Meskipun ada kemajuan, masih terdapat tantangan dalam hal akses, inklusivitas, dan kesetaraan pendidikan. Anak-anak dari keluarga miskin menghadapi tantangan besar untuk masuk ke pendidikan, seperti kurangnya informasi, biaya, dan keterbatasan fasilitas pendukung. Selain itu, isu perundungan dan kekerasan seksual masih mendominasi ruang pendidikan. Harga buku yang mahal juga menjadi hambatan bagi keluarga kelas menengah ke bawah untuk mengenalkan buku kepada anak-anaknya.